Selasa, 22 Januari 2013

Makalah Evaluasi Kurikulum


DAFTAR ISI
       Hal.
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………  i
KATA PENGATAR ………………………………………..…………………………….  ii
I.         PENDAHULUAN ………………………………………………………………….   1
II.    PEMBAHASAN …………………………………………………………………...  2
1.   Pengertian Evaluasi Kurikulum …………………………………………… 2
2.   Aspek-aspek dari Evaluasi Kurikulum ………………………………….. 4
3.   Konsep/Model Evaluasi Kurikulum ……………………………………… 11
4.   Tujuan dari Evaluasi Kurikulum …………………………………………. 15
5.   Fungsi Evaluasi Kurikulum ………………………………………………… 15
III.     PENUTUP ……………………………..………………………….………………. 16
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

          Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kurikulum juga dirancang dari tahap perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan mengetahui bagaimana kondisi kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Tulisan ini akan membahas mengenai pengertian evaluasi kurikulum, pentingnya evaluasi kurikulum dan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan evaluasi kurikulum.

Setiap program, kegiatan-kegiatan atau sesuatu yang lain yang direncanakan selalu diakhiri dengan suatu evaluasi. Evaluasi dimaksudkan untuk melihat kembali apakah suatu program/kegiatan telah sesuai dengan perencanaan atau belum. Dari kegiatan evaluasi akan diketahui hal-hal yang telah / akan dicapai sudahkah memenuhi kriteria yang ditentukan. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut kemudian diambil keputusan apakah program tersebut akan diteruskan ataukah direvisi / bahkan diganti seluruhnya.
Kegiatan pengembangan kurikulum juga tidak akan lepas dari unsur evaluasi, karena evaluasi merupakan salah satu komponen yang amat penting yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Dalam banyak hal, komponen penilaian sangat berperan dalam menunjang keberhasilan pengembangan kurikulum, seperti yang kita ketahui, kurikulum yang dikembangkan itu masih berupa perencanaan-perencanaan bersifat teoritis dan abstrak. Dengan adanya evaluasi, kita akan memperoleh gambaran mengenai keberhasilan kurikulum yang sedang / telah dikembangkan di sekolah-sekolah. Dari kegiatan evaluasilah akan diketahui kelebihan, kelemahan dan kekurangan-kekurangannya.




BAB II
PEMBAHASAN

1.   Pengertian Evaluasi Kurikulum
Pemahaman mengenai pengertian evaluasi kurikulum dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian kurikulum yang bervariasi menurut para pakar kurikulum. Oleh karena itu penulis mencoba menjabarkan definisi dari evaluasi dan definisi dari kurikulum secara perkata sehingga lebih mudah untuk memahami evaluasi kurikulum. Pengertian evaluasi menurut joint committee, 1981 ialah penelitian yang sistematik atau yang teratur tentang manfaat atau guna beberapa obyek. Purwanto dan Atwi Suparman, 1999 mendefinisikan evaluasi adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel untuk membuat keputusan tentang  suatu program. Rutman and Mowbray 1983 mendefinisikan evaluasi adalah penggunaan metode ilmiah untuk menilai implementasi  dan outcomes suatu program yang berguna untuk proses membuat keputusan. Chelimsky 1989 mendefinisikan evaluasi adalah suatu metode penelitian yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program. Dari definisi evaluasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program. Sedangkan  pengertian kurikulum adalah :
a.    Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Pasal 1 Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional);
b.   Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran serta metode yang  digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan  kegiatan pembelajaran (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 725/Menkes/SK/V/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di bidang Kesehatan.).
c.    Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi (Pasal 1 Butir 6 Kepmendiknas No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa);
d.   Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out- comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran. Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai.       Sedangkan menurut Harsono (2005), kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan. 
Dari pengertian evaluasi dan kurikulum diatas maka penulis menyimpulkan bahwa pengertian evaluasi kurikulum adalah penelitian yang sistematik tentang manfaat, kesesuaian efektifitas dan efisiensi dari kurikulum yang diterapkan. Atau evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliable untuk membuat keputusan tentang kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan.
Evaluasi kurikulum ini dapat mencakup keseluruhan kurikulum atau masing-masing komponen kurikulum seperti tujuan, isi, atau metode pembelajaran yang ada dalam kurikulum tersebut.Secara sederhana evaluasi kurikulum dapat disamakan dengan penelitian karena evaluasi kurikulum menggunakan penelitian yang sistematik, menerapkan prosedur ilmiah dan metode penelitian. Perbedaan antara evaluasi dan penelitian terletak pada tujuannya. Evaluasi bertujuan untuk menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk bahan penentuan keputusan mengenai kurikulum apakah akan direvisi atau diganti. Sedangkan penelitian memiliki tujuan yang lebih luas dari evaluasi yaitu menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk menguji teori atau membuat teori baru. Fokus evaluasi kurikulum dapat dilakukan pada outcome dari kurikulum tersebut (outcomes based evaluation) dan juga dapat pada komponen kurikulum tersebut (intrinsic evaluation). Outcomes based evaluation merupakan fokus evaluasi kurikulum yang paling sering dilakukan. Pertanyaan yang muncul pada jenis evaluasi ini adalah “apakah kurikulum telah mencapai tujuan yang harus dicapainya?” dan “bagaimanakah pengaruh kurikulum terhadap suatu pencapaian yang diinginkan?”. Sedangkan fokus evaluasi intrinsic evaluation seperti evaluasi sarana prasarana penunjang kurikulum, evaluasi sumber daya manusia untuk menunjang kurikulum dan karakteristik mahasiswa yang menjalankan kurikulum tersebut.

2.   Aspek-Aspek Evaluasi Kurikulum   
Evaluasi kurikulum merupakan suatu bidang yang berkembang dengan cepat, termasuk evaluasi terhadap implementasi kurikulum. evaluasi kurikulum sendiri terdiri dari berbagai aspek yang saling berhubungan, dan yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1.   Keterkaitan antara Evaluaasi Kurikulum dan Pengembangan Kurikulum
a.    Evaluasi Kurikulum dan Sistem Kurikulum
Secara fungsional evaluasi kurikulum merupakan bagian dari sistem kurikulum. sistem kurikulum ini mempunyai tiga fungsi pokok, yaitu pengembangan kurikulum, pleaksanaan kurikulum, dan evaluasi efek sistem kurikulum.
Evaluasi kurikulum minimal berfokus pada empat bidang, yaitu evaluasi terhadap penggunaan kurikulum, desain kurikulum, hasil dari siswa, dan sistem kurikulum. efek dari evaluasi akan memulihkan kinerja dari berbagai bagian dari sistem kurikulum. seleksi dan pengorganiisasian pihak-pihak pengambang kurikulum, prosedur penyususnan, pengaturan dan pelaksanaan kurikulum, fugsi koordinator dalam tim penyusunan, pengaruh tingkat guru dan kondisi pengajaran terhadap kurikulum, semuanya perlu dievaluasi dan hasilnya dapat memperbaiki sistem kurikulum secara keseluruhan.
b.   Evaluasi Kurikulum dan Pengembangan Kurikulum 
Masalah yang biasanya dibahas oleh pengmbang kurikulum yaitu kapan diadakan evaluasi kurikulum, dan pada posisi mana serta apa makna evaluasi kurikulum pada proses pengembangan kurikulum. Tayler berpendapat bahwa evaluasi kurikulum minimal terjadi dua kali, yaitu pada awal dan akhir pengembangan kurikulum, agar dapat mengukur dalam jangka waktu tersebut yang telah ditetapkan. dan ia berpendapat bahwa hal tersebut harus dilaksanakan bertutut-turut sepanjang proses pengembangan kurikulum yang terdiri dari empat tahapan, yaitu penentuan tujuan pendidikan, pemilihan pengalaman pembelajaran,pengorganisasian pengalaman pembelajaran, dan evaluasi efek pembelajaran.
Pengembangan kurikulum ialah proses yang meliputi kegiatan untuk melaksanakan percobaan evaluasi, sehingga kekurangan yang ditemukan dapat diperbaiki untuk hasil yang lebih baik. evaluasi dalam penyusunan dan perancangan kurikulum sangat sulit, dan tidak memiliki criteria yang sama.
Berikut adalah empat keadaan yang harus dihindari dalam mengembangkan fungsi dan makna evaluasi kurikulum terhadap pengembangan kurikulum, yaitu:
1)   apabila dalam desain kurikulum tidak terdapat rancangan evaluasi, desain seperti ini tidak perlu dilaksanakan.
2)   apabila dalam proses evaluasi terjadi penyimpangan tujuan evaluasi.
3)   apabila tidak menghiraukan kesimpulan dan penilaian evaluasi yang sudah ada.
4)   evaluasi sering digunakan sebagai alat peserta didik, yang sebenarnya harus menimbulkan kepercayaan diri pada peserta didik.

2.   Prinsip-Prinsip Evaluasi Kurikulum 
Adapun prinsip-prinsip dalam evaluasi kurikulum adalah sebagai berikut:
a.    Tujuan tertentu, maksudnya yaitu setiap program evaluasi kurikulum itu terarah dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan secara jelas dan spesifik. Tujuan-tujuan itu pula yang mengarahkan berbagai kegiatan dalam proses pelksanaan evaluasi kurikulum.
b.   Bersifat objektif, maksudnya harus sesuai dengan kenyataan yang ada. bersumber dari data yang ada nyata dan akurat yang diperoleh dari instrument yang benar.
c.    Bersifat komperhensif, yaitu mencakup semua dimensi atau aspek yang terdapat dalam ruang lingkup kurikulum. Seluruh komponen kurikulum harus mendapat perhatian dan pertimbangan secara seksama sebelum diadakan pengambilan keputusan.
d.   kooperatif dan bertanggung jawab dalam perencanaan, plaksanaan dan keberhasilan program evaluasi itu adaah tanggung jawab bersama pihak-pihak yang terkait dan saling terlibat dalam proses pendidikan seperti, guru, kepala sekolah, penilik, orang tua, dan juga siswa itu sendiri. disamping tanggung jawab utama lembaga penelitian dan pengembangan.
e.    Efisien, maksudnya efisien dalam penggunaan waktu, biaya, tenaga, dan peralatan yang menjadi penunjang. sehingga hasil evaluasi harus diupayakan lebih tinggi atau seimbang dengan materil yang digunakan.
f.     berkesinambungan, hal ini berkaitan dengan adanya perbaikan kurikulum. sehingga peran  guru dan kepala sekolah sangat penting, karena merekalah yang mengtahui pelaksanaan, permasalahan, dan keberhasilan dari kurikulum yang diterapkan.

3.   Jenis-Jenis Strategi Evaluasi
Teori evaluasi mengandung kerangka kerja konseptual bagi pengmbangan strategi evaluasi. oleh sebab itu penting dirumuskan apa yang dimaksud dengan evaluasi. perumusan yang tepat akan menjadi landasan dalam pelksanaannya, dan sebaliknya jika perumusan itu kurang kuat, dapat menjadi penyebab utama terjadinya kegagalan dalam evaluasi.
Dahulu evaluasi evaluasi didefinisikan sebagai kegiatan yang disamakan dengan pengukuran dan juga tes. pernyataan tersebut tidak sejalan dengan perilaku dan tujuan, serta memunculkan jurang perbedaan yang dalam antara pertimbangan professional dan program.
Saat ini telah dikembangkan suatu definisi yang memandang evaluasi sebagai suatu hal yang sangat penting, karena memberikan informasi dalam proses pembuatan keputusan. Oleh karena itu strategi evaluasi dikembangkan berdasarkan asumsi-asumsi berikut:
a.    Mutu program bergantung pada mutu keputusan yang dibuat.
b.   Mutu keputusan bergantung pada kemampuan manajer untuk mengidentifikasi berbagai alternative yang terdapat berbagai situasi keputusan, melalui berbagai pertimbangan yang seksama.
c.    Dalam pembuatan keputusan yang seksama, dibutuhkan informasi yang tepat dan dapat dipercaya.
d.   Pengadaan informasi tersebut memerlukan alat yang sistematis.
e.    Proses pengadaan informasi bagi pembuatan keputusan erat hubungannya dengan konsep evaluasi yang digunakan.
Kerangka pengertian yang berpijak pada berbagai asumsi di atas secara jelas memandang evaluasi sebagai analisis  dalam upaya perbaikan program, bukan sebagai kritik terhadap program. secara lebih tegas evaluasi bertujuan untuk menyediakan informasi bagi pembuat keputusan. berikut adalah empat jenis keputusan yang berkaitan dengan pertimbangan dalam menilai suatu program:
1.   Keputusan-keputusan perencanaan yang ditunjukan bagi perbaikan yang dibutuhkan pada daerah tertentu, tujuan umum dan tujuan khusus.
2.   Keputusan-keputusan pemograman khusus yang berkenaan dengan prosedur, personel, fasilitas, anggaran biaya, dan tuntutan waktu dalam pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan.
3.   Keputusan-keputusan pelaksanaan (implementasi) dalam mengarahkan kegiatan yang telah diprogram.
4.   Keputusan-keputusan program perbaikan yang meliputi berbagai kegiatan perubahan, penerusan, terminasi dan sebaginya.
Selain empat jenis keputusan yang telah diungkapkan di atas, berikut adalah empat jenis strategi evaluasi diantaranya yaitu:
1.   Strategi pertama berkaitan dengan penentuan lingkungan tempat terjadinya perubahan, terdapat berbagai kebutuhan yang tidak atau belum terpenuhi, dan juga berbagai masalah yang mendasari timbulnya kebutuhan serta kesempatan untuk terjadinya perubahan.
2.   Strategi kedua yaitu pengenalan dan penilaian terhadap berbagai kemampuan yang relevan. strategi ini sangat besar gunanya dalam pencapaian tujuan program dan desain yang berguna untuk mencapai tujuan-tujuan khusus.
3.   Strategi ketiga yaitu pendekatan dan prediksi hambatan yang mungkin terjadi dalam desain procedural atau implementasi sepanjang tahap pelaksanaan program.
4.   Strategi keempat berkaita dengan keefektifan proyek yang telah dilaksanakan, melalui pengukuran dan penafsiran hasil-hasilyang telah dicapai sehingga  seorang evaluator dapat memilih strategi yang tepat.

4. Prosedur Strategi Evaluasi

a.    Evaluasi Kebutuhan dan Feasibility
Evaluasi kebutuhan dan feasibility ini dapat dilakukan oleh  organisasi atau administrator tingkat pelaksana. dan prosedur yang dilakukan diantaranya yaitu:
1)   Merumuskan tipe dan jenis mata pelajaran atau program yang sekarang sedang disampaikan.
2)   Menetapkan program yang dibutuhkan.
3)   Menilai (assess) data setempat berdasarkan tes baku, tes intelegensi, dan tes sikap yang ada.
4)   Menilai riset yang telah ada, baik riset setempat maupun riset tingkat nasional yang sama atau berhubungan.
5)   Menetapkan feasibility pelaksanaan program sesuai dengan sumber-sumber yang ada (manusiawi dan materil).
6)   Mengenali masalah-masalah yang mendasari kebutuhan.
7)   Menentukan bagaimana proyek akan dikembangkan guna berkontribusi pada sistem sekolah atau sekolah setempat.

b.   Evaluasi Masukan (Input)
Evaluasi masukan melibatkan para supervisor, konsultan, dan ahli mata pelajaran yang dapat merumuskan pemecahan masalah. pemecahan masalah haruslah dilihat dari hubungannya dengan hambatannya contoh: penerimaan pemecahan masalah oleh guru dan siswa, kecakapan kerja (plaksanaan pemecahan masalah dalam kelas atau sekolah), keampuhan (sejauh mana usaha pemecahan masalah tersebut), dan biaya ekonomi (berkaitan dengan biaya pemecahan masalah dengan hasil yang diharapkan).
Maka, evaluasi masukan menuju ke arah pengembangan berbagai strategi dan prosedur, yang dalam pembuatan keputusannya sangat dibuthkan informasi yang akurat. bukan hanya itu evaluasi masukan juga berusaha mengenali dimana terjadi atau adanya masalah sehingga dapat diawasi selama berlangsungnya implementasi.

c.    Evaluasi Proses
Evaluasi proses yaitu sistem pengolahan informasi dalam upaya membuat keputusan yang berkenaan dengan ekspansi, kontraksi, modifikasi, dan klarifikasi strategi pemecahan atau penyelesaian masalah. dalam hal ini, staf perpustakaan memainkan peran yang sangat penting, karena mereka secara langsung melakukan monitoring terhadap desain dan prosedur pelaksanaan program, serta memberikan informasi tentang kegiatan-kegiatan program.
d.   Evaluasi Produk
Evaluasi produk berkaitan dengan pengukuran hasil-hasil program dan kaitannya dengan tercapainya tujuan. berbagai variable yang diuji bergantung pada tujuan, perubahan sikap, perbakan kemampuan, dan perbaikan tingkat kehadiran.
Evaluasi yang seksama sebaiknya  meliputi semua komponen evaluasi tersebut. Tetapi  yang sering  terjadi  karena keaadaan yang tidak memungkinkan, tidak semua komponen mendapat perhatian yang penuh. sehingga administrator program harus pintar dalam memilih aspek mana yang harus mendapatkan perhatian yang lebih atau intensif. berdasarkan evaluasi tersebut akan didapatkan informasi dan data yang valid dan dapat dipercaya dalam upaya pembuatan keputusan dan program perbaikan. 

5. Komponen Desain Evaluasi
Desain Evaluasi menguraikan tentang, data yang harus dikumpulkan dan analisis data untuk membuktikan nilai dan efektikitas kurikulum. berikut adalah beberapa komponen desain evaluasi diantaranya :
a.    Penentuan garis besar evaluasi
·         identifikasi tingkat pembuatan keputusan
·         proyek situasi keputusan bagi setiap tingkat pembuatan keputusan dengan menentukan lokas, focus, waktu dan komposisi alternatifnya.
b. Pengumpulan informasi
·         spesifikasi sumber-sumber informasi yang akan dikumpulkan.
·         spesifikasi instrument dan metode pengumpulan informasi yang diperlukan.
·         spesifikasi prosedur sampling ayng akan digunakan.
·         spesifikasi kondisi dan skedul informasi untuk dikumpulkan.

c. organisasi informasi
·         spesifikasi format informasi yang akan dikumpulkan.
·         spesifikasi alat pengkodean, pengorganisasian, dan penyimpanan informasi.
d. Analisis informasi
·         spesifikasi prosedur analisis yang akan dilaksanakan dan spesifikasi alat untuk melaksanakan analisis.
e. Pelaporan informasi
·         penentuan piahk penerima (audience) laporan evaluasi.
·         spesifikasi alat penyedia informasi pada penerima informasi.
·         spesifikasi format laporan informasi.
·         jadwal pelaporan informasi.
f. administrasi evaluasi
·         rangkuman jadwal evaluasi
·         penentuan staf dan berbagai tuntutan sumber, serta perencanaan pemenuhan tuntutan tersebut.
·         spesifikasi alat untuk memenuhi tuntutan kebijakan dalam melaksanakan evaluasi.
·         penilaian keampuhan desain evaluasi guna menyediakan informasi yang valid, reliable, credible, dan sesuai dengan waktu yang tersedia.

3.   Model-Model Evaluasi Kurikulum
1. Evaluasi Model Penelitian
Tes psikologi pada umumnya mempunyai dua bentuk yaitu tes intelegensi yang di tujukan untuk mengukur kemampuan bawaan, serta tes hasil belajar yang mengukur prilaku skolastik. Eksperimen lapangan dalam pendidikan, di mulai tahun 1930 dengan menggunakan metode yang biasa di gunakan dalam penelitian botani pertama. Ada beberapa kesulitan yang dihadapi dalam ekperimen tersebut :
§  Kesulitan administrasi, sedikit sekali sekolah yang bersedia dijadikan sekolah eksperimen.
§  Masalah teknis dan logis yaitu kesulitan menciptakan suasana kelas yang sama ketika kelompok-kelompok diuji
§  Sukar untuk mencampurkan guru-guru mengajar pada kelompok eksperimen dengan kelompok control sebab pengaruh guru-guru tersebut sukar dikontrol
§  Adanya keterbatasan mengenai manipulasi eksperimen yang dapat dilakukan
2. Evaluasi model objektif ( model tujuan ) berasal dari amerika      serikat, perbedaan model objektif ada dalam dua hal :
§  Dalam model objektif, evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dari proses pengembangan kurikulum.
§  Kurikulum tidak dibandingkan dengan kurikulum lain tetapi diukur dengan seperangkat objektif ( tujan khusus ).
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh tim pengembang model objektif :
v  Ada kesepakatan tentang tujuan-tujuan kurikulum.
v  Merumuskan tujuan-tujuan dalam perbuatan siswa.
v  Menyusun materi kurikulum yang sesuai dengan tujuan tersebut.
v  Mengukur kesesuaian antara perilaku siswa dengan hasil yang diinginkan.
Dasar-dasar teori tylor dan bloom menjadi prinsip sentral dalam berbagai rancangan kurikulum dan mencapai puncaknya dalam sistem belajar berprogram dan sistem intruksional. Sistem pengajaran yang terkenal adalah IPI (individually prescribed instruction). Suatu program yang dikembangkan oleh learning research and development centre universitas pittsburg. Dalam IPI anak mengikuti kurikulum yang memiliki 7 unsur :
1)   Tujuan-tujuan pengajaran yang disusun dalam daerah- daerah tingkat-tingkat dan unit-unit.
2)   Suatu prosedur program testing.
3)   Pedoman prosedur penulisan.
4)   Materi dan alat pengajaran.
5)   Kegiatan guru dalam kelas.
6)   Kegiatan murid dalam kelas.
7)   Prosedur pengelolaan kelas.

3. Model Campuran Multivariasi.
Evaluasi model perbandingan (comparative approach) dan model tylor dan bloom melahirkan evaluasi model campuran multivariasi, yaitu strategi evaluasi yang menyatukan unsur-unsur dari kedua pendekatan tersebut. Metode-metode tersebut masuk ke bidang kurikulum setelah computer dan program paket berkembang yaitu tahun 1960. Program paket berisi program statistik yang sederhana yang tidak membutuhkan pengetahuan computer untuk menggunakannya. Dengan berkembangnya penggunaan computer memungkinkan studi lapangan tidak di hambat oleh kesalahan dan kelambatan. Semua masalah pegolahan statistik dapat dikerjakan dengan computer.
Langkah- langkah model multivariasi tersebut adalah:
v  Mencari sekolah yang berminat untuk dievaluasi/diteliti.
v  Pelaksanaan program.
v  Sementara tim menyusun tujuan yang meliputi semua tujuan dari pengajaran umpamanya dengan metode global dan metode unsur dapat disiapkan tes tambahan.
v  Bila semua informasi yang diharapkan telah terkumpul, maka mulailah pekerjaan computer.
v  Tipe analisis dapat juga digunakan untuk mengukur pengaruh bersama dan beberapa variabel yang berbeda.
Beberapa kesulitan dihadapi dalam model campuran multivariasi iniadalah :
Ø  Diharapkan memberi tes statistik yang signifikan (model kurikulum ini lebih sesuai bagi evaluasi skala besar.
Ø  Terlalu banyak variabel yang perlu dihitung pada suatu saat kemampuan computer hanya sampai 40 variabel
Ø  Meskipun model multivariasi telah mengurangi masalah control berkenaan dengan eksperimen lapangan tetapi tetap menghadapi masalah-masalah perbandingan.

4. Evaluasi Kurikulum Pada Tingkat Makro Dan Mikro
Ada sekurang-kurangnya dua tujuan pokok yang ingin dicapai melalui kegiatan evaluasi kurikulum. Pada tingkat mikro ini
-      Mengukur efek pengajaran tujuan utama evaluasi program pada tingkat mikro adalah untuk memperoleh gambaran tentang efek atau pengaruh dari pengajaran yang telah diberikan terhadap penguasaan,kemampuan yang ingin dicapai dalam suatu mata ajaran
-      Efek atau pengaruh tersebut dapat diketahui bila dilakukan perbadingan antara hasil yang dicapai peserta didik sebelum dan sesudah pengajaran diberikan.
-      Memperbaiki pengajaran,disamping untuk keperluan pengukuran efek atau pengaruh pengajaran evaluasi program tingkat mikro bertujuan pula untuk memperoleh gambaran ataupun inpormasi tentang bagian-bagian pelajaran yang masih belum dipahami oleh para peserta didik.

Jenis-jenis evaluasi
1)   Evaluasi awal di lakukan sebelum pengajaran diberikan,fungsinya ialah untuk mengetahui kemampua awal peserta didik tentang pelajaran yang akan diberikan.
2)   Evaluasi antara ; dilakukan pada setiap unit bahan yang diberikan dalam suatu mata pelajaran,dapat berbentuk tes dan bentuk-bentuk evaluasi yang lain tentang unit yang bersangkutan.
3)   Evaluasi akhir dilaukan setelah pengajaran diberikan.fungsinya ialah untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan yang dicapai pesrta didik pada akhir program.
4)   Evaluasi kurikulum pada tingkat yang lebih makro
Berikut ini berturut-turut akan dijelaskan tentang tujuan, jenis, dan skema kegiatan evaluasi kurikulum yang tingkatnya lebih makro.

4.   Tujuan evaluasi
Evaluasi kurikulum pada tingkat yang lebih makro dilakukan untuk menghasilkan masukan-masukan yang diperlukan bagi penyusunan dan perbaikan :
1.    Menentukan efektivitas suatu kurikulum/program pembelajaran
2.    Menentukan keunggulan dan kelemahan kurikulum/program pembelajaran
3.    Menentukan tingkat keberhasilan pencapaian hasil belajar peserta didik
4.    Menentukan masukan untuk memperbaiki program
5.    Mendeskripsikan kondisi pelaksanaan kurikulum
6.    Menetapkan keterkaitan antarkomponen kurikulum

5.   Fungsi Evaluasi Kurikulum
Fungsi Evaluasi kurikulum, adalah :
ü  Menurut Tyler : Untuk memperbaiki kurikulum (melalui hasil belajar evaluasi produk)
ü  Menurut Cronbach :Untuk memperbaiki kurikulum dan memberi penghargaan
ü  Menurut Scriven : Untuk mengurangi kekurangan-kekurangan yang ada.
Scriven membedakan evaluasi kurikulum dalam 2 fungsi yakni Fungsi Formatif dan Fungsi Sumatif
Fungsi Formatif : dilaksanakan apabila kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentu dari kurikulum yang sedang dikembangkan
Fungsi Sumatif : dilaksanakan apabila kurikulum telah dianggap selesai pengembangannya (evaluasi terhadap hasil kurikulum)